Karena Dia - Eps. 02. Rissa

by - February 09, 2017

Siang ini langit sedang cerah-cerahnya, sang mentari pun sedang sombong-sombongnya memamerkan sinarnya, dan sekarang aku sedang berjaga di gerbang sekolah bersama beberapa anggota OSIS lainnya. Sudah menjadi aktivitas rutin kalau anggota Osis harus jaga di gerbang cuman buat menertibkan dan mencatat siswa yang tidak rapih atau tidak lengkap atributnya alias melanggar aturan sekolah, seperti baju keluar atau nggak pake nametag di bajunya, atau pake kostum hallowen ke sekolah.

Nametag-nya mana?” Tanya Wati kepada salah satu murid.
“Ada di tas.” Jawab dia
“Kenapa gak dipasang?”
“Copot, hehehe… ” jawba dia cengengesan

Ya kadang ada murid yang nametag-nya gak jahit, cuman di temple doang dengan selotip ganda. Bel masuk sudah berkumandang, pekerjaan selesai. Ku bawa buku catatan Osis ke ruang Osis, lalu belok ke mushola dan sholat, selesai sholat aku kembali ke kelas, ternyata guru belum datang.

“Eh belum ada?” Tanyaku sambil melihat bangku guru yang masih rapih,
“Belum, udah biarin weh … jangan dipanggil.” Kata Ulpah.

Aku biasa memanggil guru, kalau sang guru tercinta belum juga datang setelah bel bunyi.

“Yasudah …” Kataku

Kembali ke stasiunku, ku duduk mencari kenyamanan selagi guru belum datang. Sudah menjadi tradisi kelas di seluruh dunia, jika guru belum masuk artinya kericuhan dan kegaduhan kelas adalah hal yang harus terjadi, jika tidak ricuh artinya
"ada PR yang sedang dikerjakan secara berkelompok".
Belum sampai 15 menit, sang guru yang kehadirannya tidak terlalu dinanti akhirnya datang. Setelah sang KM (Ketua Murid) memimpin doa, akhirnya kegiatan belajar mengajar pun di mulai. Pelajarannya gak usah dijelasin ya? Kan bukan artikel pembelajaran, ya ya ya? … Aku anggap kalian setuju.

Bel istirahat akhirnya berbunyi, tanda lonceng kemerdekaan bagi seluru siswa yang suntuk karena belajar.

“Daks, kantin yuu ..” Kata Adit mengajak kita. (Daks adalah singkatan dari kata “Barudaks”)

Tak perlu dijawab, Bahasa tubuh kami sudah mewakili menjawab pertanyaan Adit tersebut. Berangkat bersama menuju kantin seperti biasa, menu kita selalu sama yaitu batagor, bedanya cuman jenis pilihannya, batagor kuah dan batagor biasa. Beli batagor 2 ribu rupiah pun dikantin sudah bisa bikin kenyang, 3 ribu bisa lebih kenyang karena bisa ditambah baso (aneh bukan? batagor bisa dicampur pake baso? kantin sekolah ku memang terbaik). Sebelum kembali ke kelas, seperti biasa kita suka mampir dulu ke mushola buat sholat berjamaah bareng. Di mushola sambil menunggu antrian buat wudhu, aku bertemu Rissa.

Zaman SMA memang zaman yang paling asik, selain kita harus serius buat belajar biar bisa masuk ke Universitas yang di cita-citakan, kita juga udah mulai mengenal arti kata cinta, sakit hati, cemburu, matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, geografi lebih mendalam lagi. Oh iya, Rissa adalah gebetan atau kecengan pertamaku ketika masa SMA dulu, dia adalah manusia paling imut menurut versiku, bertubuh kecil dan berkulit putih sangat putih seputih vampir, dan memiliki tahi lalat dibawah bibirnya.

“Hey …” sapaku pada dirinya,
“eh kak.” Kata Rissa dengan senyum manisnya.
“Sholat ?” tanyaku padanya.
“Iya kak ..”
“Ikut gak LKS ntar?” tanyaku memastikan dia ikut atau nggak,
“InsyaAllah kak.” Jawabnya

Gak sadar, antrian sudah kosong, sekarang giliran ku untuk wudhu dan pergi sholat. Setelah sholat, perjalanan selanjutnya adalah kelas dan belajar lagi...

“Hari ini kita rapat kagak ?” tanyaku pada Adit
“Hahaha … kagak, hari ini free.” Kata Adit.
“Ahhh, syukurlah.. berarti hari ini pulang cepet.” Kataku penuh syukur Alhamdulillah.

Pulang sekolah hari ini terasa sangat normal, karena tidak di isi dengan rapat.

-ooo-

0 comments